Namun perlu diketahui ilmu yang di maksud di atas adalah, ilmu agama yang bersumberkan dari wahyu Allah subhanahu wa ta'ala baik di dalam kalamullah Al qur'an al karim ataupun hadits-hadits Rasulullah shallallhu 'alaihi wa sallam yang shohih.
Karna
islam merupakan agama yang mencakup segala problematika manusia yang
tak akan pernah lepas darinya. Islam mengatur problematika manusia
bagaimana berintraksi dengan sesama manusia, begitupula bagaimana
manusia berhubungan dengan Allah yang menciptakannya dan segala apa yang
ada di dunia ini. Islam telah menjelaskan secara detil dan jelas,
sampai sampai adab atau cara qodho' hajah-pun telah dijelaskan oleh islam. Oleh karna itu Imam al Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadits di dalam kitab shahih mereka bahwa Rasulullah bersabda: “Aku
meninggalkan kalian di atas jalan yang putih terag benderang malamnya
seperti siang hari, tidaklah salah seorang di antara kalian berpaling
darinya kecuali dia akan celaka.” begitu pula para sahabat Rasulullah mengatakan “tidaklah
Rasulullah meninggalkan kita kecuali dia telah menjelaskan semua
perkara sampai sampai bagamana burung melambaikan sayapnya kecuali
Rasulullah telah menjelaskannya kepada kita.” dan juga banyak ucapan ucapan salafushshalih lainya yang menunjukan hal ini.
Setelah
mengetahui betapa pentingnya memahami atau mengilmui agama dengan
detil, terkadang hanya dengan itu seseorang bisa menjadikanya sebagai
motivasi yang cukup untuk menjadi bekal dalam usahanya menuntut ilmu.
Namun itu tidak semua orang bisa termotivasi dengannya melainkan
membutukan motivasi yang lain, bahkan sebagian orang butuh paksa'an
untuk belajar, tentu itu tidak baik.
Motivasi
untuk menumbuhkan semangat dan cinta terhadap menuntut ilmu sangatlah
banyak, seperti mengetahui keutamaan-keutamannya di dunia ataupun di
akhirat kelak, atau dengan mengetahui kedudukan orang yang berilmu
dengan orang yang idak berilmu. Dan di dalam ayat-ayat al qur'an dan
hadits-hadits Rasulullah shallallhu 'alaihi wa sallam sangatlah
banyak dalil dalil yang menunjukan betapa agung dan mulianya ilmu,
begitupula orang yang berilmu. Semuanya mungkin telah kita ketahui dan
pernah kita baca ataupun dengar. Terkadang dengan semua itu belum juga
termotivasi, atau termotivasi namun dengan berjalannya beberapa waktu
saja semangat itu lenyap, pudar hilang entah kemana.
Dalam
menuntut ilmu kita sangat membutuhkan motivasi yang mengenang dan
selalu mengingatkan ketika penyakit kemalasan dan kebosanan menimpa,
yaitu dengan mengingat dan mengenang betapa semangatnya para pendahulu
kita yang sukses dalam menuntut dan menggali ilmu ini, oleh karna itu
kita perlu mengetahui perjalanan para ulama' betapa semangatnya mereka
dalam menuntut ilmu, bagaimana susah payahnya perjalanan mereka dalam
menuntut ilmu, betapa berat coba'an-coba'an yang mereka hadapi, betapa
banyak rintangan-rintangan yamg mereka lewati.
Dengan
mengetahui kesungguhan dan kegigihan para ulama dalam menuntut ilmu
kita akan termotivasi untuk semangat dan semangat dalam menunutut ilmu.
Begitupula ketika kejenuhan, kebosanan, dan kemalasan menghantui kita,
maka dengan mengingat perjalanan mereka semangat dan kesungguhan kita
tumbuh dan hidup kembali.
Berikut
beberapa kisah dari perjalanan para ulama yang sukses dalam menuntut
ilmu. Yang dengannya kita berharap bisa menumbuhkan dan menghidupkan
kembali semangat kita dalam menuntut ilmu.
Imam Malik bin Anas menjual atap rumahnya untuk membiayai kehidupanya
demi mendapatkan ilmu
Disebutkan
dalam buku buku sejarah bahwa ada sosok ulama yang sangat terkenal,
diceritakan beliau berkorban sampai menjual atap rumah tempat tinggal
bersama keluarganya demi ilmu.
Coba
kita renungi betapa pentingnya ilmu di sisi imam Malik sehingga beliau
menjual atap rumahnya. Yang mana rumah itu tempat tinggal beliau dan
keluarganya di setiap keadaan, tempat berteduh ketika hujan turun,
tempat bernaung ketika trik panas yang menyengat di siang hari, tempat
bersembunyi ketika udara malam dingin yang menggigil. Namun apalah arti
semua itu dibandingkan dengan ilmu di sisi Imam Malik, kemudian
bandingkan dengan keadaan kia saat ini..!
selama
perjalanan menuntut ilmu yang pernah berlalu kita lewati sebesar apakah
pengorbanan kita terhadap ilmu yang mulia ini.?! Pengorbanan kita
terhadap kebutuhan diri sendiri. Jika dibandingkan dengan Imam Malik
sangatlah jauh dan jauh sekali. Walaupun pengorbanan kita tidak sebesar
pengorbanan imam malik dan tentu itu tidak akan bisa, paling tidak kita
memiliki semangat yang mendekati semangat beliau.
Maka
tanamkanlah pada jiwa akan penting dan berharganya ilmu ini, agar kita
sadar akan penting dan mulianya ilmu. sebagaimana Imam Malik bin Anas rahimahumullah menyadari akan hal tersebut.
Imam Yahya bin Ma'in mengimfakkan semua harta warisanya untuk mencari hadits hingga tidak memiliki sandal yang dia pakainya.
Imam Yahya bin Ma'in adalah salah seorang ulama jarh wa ta'dil yang
sangat terkenal di zamanya. Beliau merupakn salah satu deretan dari
guru-guru Imam Al bukhari dan Imam Muslim dan juga para ahli hadits yang
lainnya. Beliau lahir pada masa khilafah Abu Ja'far Al manshur.
Bertepatan dengan tahun 185 H. Dan ayah beliau termasuk orang kaya di
zamanya dan bekerja sebagai sekertaris Abdullah bin Malik.
Disebutkan
di dalam kitab-kitab sejarah, di antaranya Imam Ibnu Hajar di dalam
kitabnya (Tahdzibut Tahdzib: 11/282), ketika ayah beliau wafat dan
meninggalkan harta warisan yang sangat banyak yaitu sebesar satu juta lima puluh ribu dirham (1.050.000 dirham) semuanya di infakkan untuk mencari hadits Rasulullah shallallhu 'alaihi wa sallam, dan tidak menyisakan sedikitpun dari harta warisan terebut, sehingga alas kakipun beliau tidak punya untuk di kenakan.
Subhanallah,
sebuah kisah yang sangat ajaib dan aneh, jika diceritakan oleh orang
biasa, kemungkinan tidak ada seorangpun yang percaya terhadap cerita
ini. Namun ini sangatlah nyata dan terjadi pada zaman beliau. Telah
diceritakan oleh seorang yang sangat dipercaya dan amanah begitupula
berita ini tidak bisa dipungkiri oleh siapapun.
Ketika
mendengar cerita ini kita terasa terpukul atas keadaan kita sa'at ini.
Bagaiman tidak, keadaan mereka sangatlah jauh jika dibandingkan dengan
keadaan kita pada s'at ini. Sedangkan angan angan dan cita cita kita
tidak jauh berbeda dengan mereka, yaitu ingin mendapatkan ilmu yang
banyak. Tapi pernahkah kita bertanya kepada diri kita masing masing, apa
yang kita korbankan, apa yang kita
usahakan untuk mendapatkan cita cita yang kita inginkan tersebut?. Coba
tanyakan pada diri kita masing masing dan direnungkan.!!
semangat Ibnul Jauzi menuntut ilmu tidak pernah kendor walau dalam keadaan lapar.
di dalam kitab (shoidul khotir : 2/330) Ibnul
Jauzi merceritakan dirinya tentang cobaan dan rintangan yang dihadapi
sejak mulai menuntut ilmu, dan bagaimana menghadapi coba'an dan
rintangan tersebut dengan pahitnya kesabaran, seakan akan menelan empedu
mentah mentah.
Beliau
berkata; “Di saat aku merasakan manis dan nikmatnya menuntut ilmu, aku
menghadapi berbagai macam cobaan dan ujian, bagiku cobaan itu berubah
menjadi manis dan lebih manis dari pada madu. Itu semua aku jalani tidak
lain demi mendapatkan apa yang aku cari dan harapkan.
“ketika seseorang memiliki tekat tinggi yang melangit,
maka semua rintangan dan halangan menjadi suatu yang dicintai.”
“Dulu
pada masa kecilku aku keluar mencari hadits hanya berbekalkan roti
kering dan sangat keras, ketika hendak memakannya aku pergi dan duduk di
atas sungai 'isa (nama sungai di baghdad), karna aku tidak mampu
makan roti itu kecuali ketika ada air. Setiap aku makan satu suapan
roti aku harus minum karna kerasnya, walaupun demikian tekat kuatku sama
sekali tidak merasakanya, sebab aku hanya merasakan betapa lezatnya
mendapatkan ilmu. Dan itu membuahkan hasil yang baik bagiku, yaitu
tidaklah aku dikenal melainkan sebagai orang yang banyak mendengar
hadits Nabi shallallhu 'alaihi wa sallam, adab adab beliau, keadaan beliau dan keadaan para sahabatnya dan para pengikutnya.”
Beliau
juga berkata: “Aku tidak pernah merasa cukup dengan satu bidang ilmu,
bahkan aku belajar hadits, fiqh, bahasa, dan juga bidang ilmu lainnya,
dan tidak pernah meninggalkan satu perawi haditspun kecuali aku
mendengar darinya begitupula para pemberi nasihat. Dan tidaklah ada
orang asing melainkan aku menghadirinya dan mengambil ilmu darinya.”
“Aku
selalu keliling dari syaikh ke syaikh yang lain untuk mendengarkan
hadits, ketika itu tidak jarang aku menemukan musuh musuh yang ingin
mematahkan semangatku, bahkan sering kali aku berada di pagi hari dalam
keadaan tidak memiliki apapun dari makanan, begitupula aku mendapatkan
waktu soreku dalam keadaan lapar tidak mendapatkan apa yang aku makan.”
Muhammad bin Hasan Asy syaibani tidak pernah tidur malam
Disebutkan
dalam kitab (miftahus sa'adah wa mishbahus siadah: 2/32) bahwa Imam
Muhammad bin Hasan Asy syaibani tidak pernah tidur di malam hari,
senantiasa begadang muthala'ah kitab kitab ulama. Di tempat belajarnya
beliau menaruh banyak macam kitab dari berbagai bidang ilmu di
sekelilingnya seprti, ilmu fiqh, hadits, bahasa dan lainnya. Jika dia
bosan dengan bidang ilmu yang satu maka dia berpindah ke bidang ilmu
yang lainnya. Dan dia selalu menghilangkan rasa kantuknya dengan air.
Dengan mengatakan: “sesungguhnya tidur adalah kepanasan maka
hilangkanlah kepanasan itu dengan air.”
Ubaid bin Ya'isy Al kufi Selama tiga puluh tahun disuapi saudarinya jika hendak makan karna sibuk menulis hadits.
Sebuah
kisah yang mengherankan dan sulit dipercaya namun kenyata'an, terjadi
dan tak mungkin dipungkiri. Diceritakan oleh Al hafizh Adz dzhabi di
dalam kitabnya (Siaru a'alami an nubala' :11/458). Ammar bin Roja'
berkata : Aku mendengar Ubaid bin Ya'isy berkata; “Aku tinggal selama
tiga puluh tahun tidak pernah makan malam dengan tanganku sendiri, aku
slalu disuapi oleh saudariku sedangkan aku sibuk menulis hadits”.
Begitulah
dia memamafaatkan waktunya untuk menulis ilmu, begitupula dia tidak
pernah lepas dari membaca. Oleh karna itu beliau tidak pernah menyia
nyiakan waktunya sedikitpun. Beliau tidak pernah berjalan dari satu
tempat ke tempat yang lain kecuai beliau selalu dalam keadaan membaca.
Diceritakan sebab wafatnya beliau, pada suatu hari seusai sholat ashar
pada hari Jum'at beliau keluar dari masjid menuju rumahnya, sedangkan
pendengarannya sudah tidak normal lagi. Beliau tidak mendengar kecuali
suara bernada tinggi, sedang ia dalam keada'an membaca buku yang ada
pada tanganya. Beliau tidak
tahu kalau di belakangnya ada seekor kuda. Maka beliau ditabrak sehingga
beliau tercampakkan ke sebuah selokan. Kemudian beliau diangkat dalam
keada'an pingsan dan tidak sadarkan diri. Akhirnya dia dibawa pulang
kerumahnya dan meninggal dunia selang dua hari setelahnya.
Sebenarnya
masih banyak lagi kisah kisah para ulama yang lebih dahsyat, lebih
memperhatinkan dan lebih menakjubkan yang telah tercatat di dalam
kitab-kitab sejarah. Ketika membacanya mungkin kita merasa kalau cerita
itu adalah sebuah dongeng piktif belaka, tapi banyaknya riwayat dan kitab kitab menerangkannya membuat kita tidak bisa berpaling dari kenyataan tersebut.
Terkadang terlintas di benak kita kata kata “ Wah itu kan dulu wajar wajar
saja...!!”. tidak, itu bukan zaman dahulu saja, pada zaman kita
sekarang inipun ada. Sebagaimana yang di ceritakan oleh salah seorang
ustadz, beliau pernah menemukan salah seorang masyaikh yang sangat
menghargai waktu. Beliau menceritakan bagaimana syaihk tersebut
memamfaatkan waktunya untuk belajar, ketika berhenti di lampu merah dan
sambil menunggu lampu hijau menyala, beliau mamfaatkan waktunya untuk
membaca.
Sunhanallah.!
Bayangkan, hanya beberapa menit saja tidak mau kehilangan waktunya.
Begitu juga ketika menyetir mobil beliau tidak mungkin bisa nyetir
sambil membaca, namun hal tersebut tidak menghalangi beliau untuk
menuntut ilmu. Dan beliau memerintahkan salah seorang untuk membaca dan
beliau mendengarkan. Dan cerita cerita seperti ini sangatlah banyak.
Setelah membaca
kisah perjalanan para ulama dalam mengejar dan mencari ilmu. Sedih dan
sengsaranya yang mereka hadapi untuk mendapatkan ilmu, seyogyanya kita
berpikir dan membandingkan keadaan mereka dengan keadaan kita pada saat
ini. Betapa jauh pengorbanan yang mereka alami di bandingkan dengan kita
sedang mereka adalah contoh dan tauladan yang harus kita tiru dan ikuti.
Dengan
membaca kisah kisah perjalanan para ulama dalam menuntut ilmu tentu
semangat menuntut ilmu kita akan tumbuh dan menggebu gebu bagaikan
percikan api bertemu dengan tumpahan bensin, pasti api akan mebara dan
berkobar dan siap melahap apapun yang didekatnya. Kisah kisah tersebut
sangatlah banyak dan bisa dibaca di kitab kitab para ulama seperti kitab
“Tadzkiratul Huffazh, shopahat min shobril ulama.” dan banyak lagi kitab kitab yang lainnya.
klik disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar